Pendiri aliran Kushin Ryu professor Kiyotada Sannosuke Ueshima, mempelajari Konshin-Ryu Yujoyitsu/ Jujutsu dari Kiyotaka Kajei Matsubara. Ia kemudian memformulasikan teknik-teknik dengan menambahkan unsur karate di dalamnya. Teknik-teknik inilah yang akhir menjadi cikal bakal berdirinya aliran (RYU) Kushin pada tahun 1932 (Kushin Ryu Karate Do). Konshin Ryu sendiri awalnya didirikan oleh Taketsuna Fuziwara Rokuro Seki yang diturunkan kepada muridnya langsung, yang bernama Kiyonobu Ichinosuke Yamamoto (pendiri Konshin-Ryu Yujoyitsu)
Jujutsu merupakan seni bela diri Jepang yang sangat tua dan merupakan inspirator dalam seni bela diri lainnya. O Sensei Morihei Ueshiba juga ahli dalam bidang Jujutsu. Ia belajar Jujutsu aliran Tenjin Shinyo-ryu dibawah asuhan Tokusaburo Tozawa. Ia juga sempat belajar ilmu pedang aliran Shinkage-ryu di dojo Idabashi. Ia memperoleh Menkyo, sertifikat mengajar bela diri, dari guru bela diri Jujutsu aliran Yagyu-ryu di Osaka, yakni Makasatsu Nakai.
Di Hokkaido Ueshiba bertemu dengan Sokaku Takeda, guru bela diri Jujutsu aliran Daito-ryu yang dikenal dengan gaya Aikijutsu, yang dikemudian hari menjadi fondasi utama bela diri AIKIDO. Sementara itu, Prof. Jigoro Kano pendiri beladiri JUDO juga master dalam Jujutsu awalnya belajar jujutsu dari Hachinosuke Fukuda, master Tenjin-Shinyo Ryu Jujitsu. Jigoro Kano berlatih dengan keras di bawah asuhan Master Fukuda. Tahun 1879, setelah sepeninggal Fukuda, Jigoro Kano pada usia 19 th bergabung dengan cabang Jujitsu lain dari Tenjin-Shinyo-Ryu Jujitsu dibawah istruktur Jujitsu yang bernama Masatomo Iso (62 th). (yr)
KUSHIN RYU JUJITSU INDONESIA (KJI)
Nama ini memang masih asing di kuping anggota KKI sendiri. Tapi ini bukanlah aliran baru. KJI lahir dari sebuah keprihatian para senior KKI di Dojo Kopo (1967) yang menilai bahwa KKI telah kehilangan ruhnya sebagai sebuah aliran beladiri. Padahal KKI telah memiliki teknik-teknik baku Jujitsu yang sudah ratusan tahun dipelajari. Sayangnya, materi latihan Jujitsu tersebut masih hanya diajarkan sebagai materi sisipan saja dalam sesi latihan. Kecenderungan yang terjadi yakni banyak dari pelatih yang lebih memilih mengajarkan teknik-teknik karate secara umum, yakni kata dan kumite, tanpa memberikan fokus perhatiannya kepada Jujitsu.
Minimnya pelatih mendapatkan ilmu jujitsu Kushin Ryu masih menjadi kendala. Banyak dari sabuk hitam yang memiliki tingkatan DAN tinggi namun minim menguasai teknik-teknik Jujitsu. Benar, kita begitu bangga dengan Kushin Ryu lantaran memiliki teknik Jujitsu, yang tidak secara khusus dimiliki banyak perguruan karate di Indonesia. Tapi sayang, kebanggaan itu tidak sejalan dengan upaya mengembangkan dan mencintai Jujitsu secara maksimal.
Karena itulah KJI hadir. Tujuan kami hanya ingin melestarikan dan mengembangkan Jujitsu yang dimiliki Kushin Ryu sehingga kelak kebanggan terhadap Kushin Ryu tak hanya sebatas kebanggaan semu. Lewat wadah ini, kami berharap akan lahir anggota Masahi yang benar-benar memiliki kemampuan teknik jujitsu yang mumpuni dan memiliki tingkatan DAN yang bisa dipertanggungjawabkan. Jika bukan kita yang melestarikan Jujitsu Kushin Ryu, lantas siapa lagi?
“Kenali, lalu dalami sepenuh hati maka nanti kalian akan mencintai. Jangan hanya mengenali tanpa mau mempelajarinya, nanti yang ada justru hanya kebanggaan semu,”ujar Shihan Sofyan Hambally, DAN VI KARATE-JUJITSU di hadapan anggota MASAHI Dojo Kopo
No comments:
Post a Comment